Review Film Dua Garis Biru


Film Remaja
Film Dua Garis Biru merupakan film realistis dimana dapat menjadi pelajaran untuk Gen Z dalam menjalani kehidupan yang sudah tak terbendung lagi akan derasnya arus informasi.

Awal menonton film ini aku merasa biasa saja, malah mungkin aku hampir memutuskan untuk tidak melanjutkan untuk menonton. Karena cerita yang mungkin tidak cocok bagiku yang old fashion ini. Tapi begitu konflik dimulai, aku jadi penasaran seperti apa ending dari cerita ini. Dan yang lebih tak disangka adalah aku menangis saking sedihnya menonton film ini, hehehe. Seperti ABG alay saja ya.

FIlm ini diperankan oleh dua anak remaja yang aku sendiri tidak tahu kiprahnya. Mungkin karena saking banyaknya pendatang baru di dunia perfilman jadi aku tidak hafal bahkan tidak tahu siapa artis baru di Indonesia.

Singkat cerita saja, di film ini menceritakan dua orang laki-laki dan perempuan yang masih duduk di bangku SMA. Mereka berpacaran layaknya ABG-ABG jaman now. Bima dan Dara, begitu nama tokoh dalam film Dua Garis Biru ternyata kebablasan dalam menjalani gaya berpacaran yang mengakibatkan Dara hamil.

Dua Garis Biru : Cerminan Perilaku Generasi Muda


Bima yang berasal dari keluarga pas-pasan siap untuk bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya kepada Dara. Untungnya Bima didukung oleh orang tua yang paham agama yang menganggap aborsi itu sebagai suatu perbuatan dosa. Walau di awal mengetahui Dara hamil, Bima menyarankan untuk aborsi tapi begitu Bima menceritakan mengenai musibah yang dialaminya, orang tuanya malah mendukung Bima untuk bertanggung jawab.

Namun tidak halnya dengan orang tua Dara yang memang berlatar belakang keluarga kaya. Ibu dari Dara yang diperankan Lulu Tobing berkeras Dara harus melakukan aborsi, atau yang paling manusiawi bayi yang kelak dilahirkan dari rahim Dara harus diserahkan atau diadopsi oleh pasangan suami istri lain.

Disnilah konflik mulai muncul. Bahkan setelah Dara dan Bima menikah, konflik seolah tak pernah reda. Film ini telah ditayangkan setahun silam. Mungkin alur ceritanya tidak happy ending karena rahim Dara harus diangkat setelah melahirkan anak satu-satunya (eh ini spoiler ya, hihi). Bima dan Dara pun tidak bersatu seperti layaknya suami istri.

Ada Hikmah di Setiap Film yang Kita Tonton

Percayalah suatu tontonan tidak mungkin diproduksi tanpa da maksud atau pembelajaran tersendiri. Walau mungkin awal sang sutradara tidak akan berpikir bahwa film produksinya akan laris dan mendapat respon bagus di pasaran.

Adapun pesan moral yang dapat kita ambil dari Film Dua Garis Biru antara lain:
  • Bahwa bergaul atau berpacaran harus ada batasan-batasan
Dalam agamaku yaitu Islam, pacaran itu haram namun aku mengakui bahwa orang dengan agama yang aku anut pun masih melakuan pacaran. Tidak munafik, aku pun pernah berpacaran dengan laki-laki yang menjadi suamiku sekarang. 

Namun yang perlu diingat adalah berpacaran seharusnya tetap menjaga nama baik keluarga. Jangan sampai terbawa oleh nafsu dunia apalagi jika kalian masih belum menghasilkan pendapatan sendiri. Tentu saja orang yang sudah bekerja dan berpenghasilan tidak boleh berpacaran tanpa batas juga loh.

Selayaknya kita harus mengukur diri dan ingat bahwa masih memiliki orang tua yang harus kita banggakan di kemudian hari. Pacaran dengan resiko besar yaitu hamil di luar nikah merupakan bentuk kedurhakaan anak kepad orang tua mereka. Ini pendapat saya pribadi yah.

  • Selayaknya sebagai orang tua harus selalu mendukung anak
Memang benar Dara bersalah dengan hamil di luar nikah. Namun tidak serta merta orang tua menghalangi anak untuk bertanggung jawab atas perbuatan buruknya. Dan yang lebih parah jangan sampai orang tua menghancurkan masa depan anak demi ambisi pribadi.

Solusi orang tua Dara yang menyuruh anaknya menggugurkan kandungan sangat tidak mencerminkan seperi orang tua pada umumnya. Lalu memberi solusi lain dengan menyuruh anak Dara untuk diadopsi kerabat mereka. Aku berharap tidak ada orang tua seperti orang tua Dara di kehidupan nyata ya gaes.

Di film Dua Garis Biru seorang Dara terpaksa harus kehilangan rahimnya akibat usia yang masih belia. Bisa saja karena faktor stress atau tekanan batin karena orang tua yang sangat menentang hubungannya dengan suami.

  • Jangan memandang rendah seseorang berdasar status sosial
Sikap orang tua Dara terhadap orang tua Bima sdungguh tidak pantas menurut saya. Hanya karena Bima dan orang tuanya tinggal di gang sempit serta pekerjaan mereka yang hanya penjual gado-gado, sementara orang tua Dara seorang pengusaha sukses lantas tidak serta merta membuat mereka berlaku seenak hati terhadap besan.


Remaja Zaman Now

Film ini harus ditonton oleh para orang tua yang memiliki anak beranjak remaja agar semakin berhati-hati dalam mengawasi anak remaja mereka. Dunia remaja yang kadang diisi dengan cinta monyetnya harus di selipkan beberapa nasihat agar tak terjerumus ke perbuatan zina.

Menikah usia muda juga bukan berarti tanpa resiko. Walau mungkin film ini adalah fiksi, tapi kita harus belajar dari Dara yang mengandung di usia belasan tahun sehingga belum memiliki fisik yang kuat untuk hamil dan melahirkan. Yang terjadi adalah rahim Dara harus diangkat. Pastinya Dara tidak akan mungkin memiliki anak lagi.

Buat kalian yang masih penasaran selamat menonton ya !

Credit Foto : Google
Maria Tanjung Sari
Maria Tanjung Sari Selamat Datang di Blog Saya. Jika ingin melakukan kerjasama dengan saya bisa menghubungi di email mariatanjung81@gmail.com atau DM Instagram saya @mariatanjungmenulis

Posting Komentar untuk "Review Film Dua Garis Biru"